navigasi

Rabu, 26 Oktober 2016

Perkembangan Kemampuan Intelektual

Perkembangan Kemampuan Intelektual

1.    Perkembangan Kemampuan Intelektual
Intelligensi atau kemampuan intelektual merupakan kecakapan yang masih terkandung dalam diri seseorang yang diperoleh melalui faktor keturunan, namun beberapa penelitian menunjukkan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas lingkungan sangat mempengaruhi kualitas perkembangan kemampuan intelektual anak. Hasil

45
penelitianWellman terhadap 50 kasus (Sunarto, 2002:107) menunjukkan bahwa pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan inteligensi. Menurut Wellman anak-anak yang memiliki pengalaman pendidikan prasekolah sebelum memasuki SD, menunjukkan kemajuan yang lebih besar dalam rata-rata IQ mereka daripada anak-anak yang tidak mengikuti prasekolah. Selain itu, variasi dalam stimulus adalah bagian terpenting dari lingkungan dan belajar untuk perkembangan inteligensi anak. 
2.    Keragaman Peserta Didik dalam Kemampuan Intelektual
Peserta didik memiliki keragaman individual dalam  kemampuan intelektual atau intelgensi. Tingkat intelegensi (Intelelligence Quotient atau IQ) merupakan satuan untuk menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang, yang diperoleh melalui tes inteligensi. Berikut adalah beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar.

Tabel. 4.1 Pengelompokan Anak berdasarkan Penyebaran IQ

IQ
Klasifikasi 
%
Keterangan 
140 - …..
Genius
0.25
Berkemampuan yang  sangat luar biasa. Umumnya mampu memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak bersekolah. Ada di semua ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi, baik laki-laki maupun perempuan. Contoh anak genius adalah Edison dan Einstein (Yusuf, 2014:).
130– 139
Sangat cerdas
0.75
Anak-anak yang sangat cerdas lebih cakap dalam membaca, memiliki pengetahuan bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Umumnya, faktor kesehatan, kekuatan, dan ketangkasan lebih menonjol daripada anak normal.
120
– 129
Cerdas
6.0
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik, seringkali mereka berada di kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
110
– 119
Normal tinggi
13.0
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal, namun pada tingkat yang tinggi
90  -
109
Normal
60.0
Kelompok ini merupakan kelompok rata-rata atau normal (average), dan merupakan kelompok terbesar persentasenya dari populasi penduduk.
80  - 89
Normal rendah
13.0
Kelompok ini termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang namun pada tingkat terbawah, belajarnya agak lamban. Mereka dapat menyelesaikan sekolah tingkat SLP , akan tetapi menghadapi kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas di SLA.
IQ
Klasifikasi 
%
Keterangan 
70  - 79
Bodoh
6.0
Kelompok ini berada di perbatasan antara kelompok terbelakang dan kelompok normal. Anak kelompok ini dapat bersekolah di SLP., meskipun mengalami banyak kesulitan dan hambatan,  Akan tetapi sulit sekali menyelesaikan di kelas-kelas terakhir SLP
50 - 69
Debil/
Moron
0.75
Anak debil sampai batas  tertentu dapat belajar membaca, menulis, dan melakukan perhitunganperhitungan yang sederhana dapat diberikan pekerjaan rutin yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan. Anak debil banyak bersekolah di SLB.
30-
40
Imbesil
0.20
Kecerdasannya sama dengan anak normal usia 7 tahun.. Anak imbesil  tidak bisa dididik di sekolah biasa.
0 -
29
Idiot
0.05
Idiot merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Jarang ditemukan baik di sekolah umum maupun sekolah luar biasa
Sumber: Yusuf. (2014:111-112)
3. Tahapan Perkembangan Berpikir
Kemampuan berpikir dikenal sebagai perkembangan kognitif. Teori perkembangan kognitif dikemukakan oleh Jean Piaget, seorang psikolog berkembangsaan Swiss. Melalui observasi yang cermat bertahun-tahun Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif menjadi seperti berikut ini. 

Tabel 4.2. Tahapan Piaget mengenai Perkembangan Intelektual

Tahapan
Karakteristik
Sensorimotor  
(sejak kelahiran
s.d usia  2 thn)          
 Membedakan diri sendiri dengan setiap objek .
 Mengenal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan tertentu, misalnya menarik seutas tali untuk  menggerakkan sebuah mobil atau menggoncangkan  mainan supaya bersuara.
 Menguasai keadaan tetap dari objek (object permanence). 
 Menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak lagi terjangkau oleh  indra.                     
Preoperasional 
(2 – 7 tahun)             
 Terdiri atas sub tahap fungsi simbolis (2-4thn) dan sub tahap pemikiran intuitif (4-7 thn).
  Belajar menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan  imajinasi dan kata-kata.  
 Berpikir masih bersifat egosentris mempunyai kesuli tan   menerima pandangan orang lain.
 Mengklasifikasikan objek menurut tanda, misalnya: mengelompokkan semua balok merah tanpa memperhatikan bentuknya atau semua balok persegi tanpa memperhatikan warnanya. 
Operasional konkret 
 Mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian meskipun masih terikat objek-objek yang bersifat konkret 
 Menguasai konservasi jumlah (usia 7 tahun), jumlah tak terbatas (usia 7 tahun), dan berat (usia 9 tahun). 
Tahapan
Karakteristik
(7 –         11 atau12
tahun)                         
 Mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan  menyusunnya dalam suatu seri berdasarkan satu dimensi,
seperti ukuran.                                                                                                 
Operasional formal  
11,0 atau 12,0
 –14,0 atau 15,0
Tahun)
 Mampu berpikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis.
 Menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis

                Sumber: Santrock, 2010:47-56)
4.    Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik Usia Sekolah: Sesuai dengan teori kognitif dari Piaget (Santrock, 2010:48) bahwa peserta didik sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret (7 – 11 tahun). Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran logis menggantikan penalaran intuitif, meskipun masih bersifat konkret, artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objekobjek dan peristiwa nyata. Pada masa ini anak sudah mampu menggolonggolongkan, namun belum mampu memecahkan masalah yang bersifat abstrak. 
Operasi adalah hubungan logis di antara konsep-konsep. Operasi konkret merupakan aktivitas mental yang dapat diputar balikan berkaitan dengan objek-objek nyata atau konkret, sehingga anak mampu mengkoordinasikan beberapa karakteristik. Jadi tidak hanya fokus pada suatu kualitas dari objek. Misalnya untuk menguji kemampuan konservasi, anak diberi dua  bola dari tanah lempung dengan ukuran yang sama, lalu salah satu bola tanah lempung itu dipipihkan menjadi bentuk panjang. Anak usia 7 atau 8 tahun kemungkinan besar memahami jumlah lempung pada kedua benda itu sama.
Pada masa akhir usia sekolah, peserta didik kelas tinggi (10 – 12 tahun), menunjukkan kemampuan yang semakin baik dalam menggunakan logikanya. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuannya dalam membuat perhitungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.  Misalnya peserta didik sudah  mampu menghitung jarak dari rumah ke sekolah, atau  menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sekolah bila berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Selain itu mereka sudah dapat diberikan pengertian untuk mengelola uang, misalnya menghemat dan menabungkan sebagaian uang sakunya untuk keperluan seperti membeli barang.
5.    Identifikasi Kemampuan Intelektual dan Kognitif Peserta Didik Cara identifikasi kemampuan intelektual sudah dibahas pada materi pembelajaran Identifikasi Potensi. Untuk mengetahui tahap perkembangan kognitif operasional konkret menurut teori Piaget, guru dapat melaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut ini.
a.    Tes untuk mengetahui kemampuan konservasi
Contoh untuk mengetahui kemampuan konservasi (untuk peserta didik kelas awal): berikan dua bola dari tanah liat atau lilin yang memiliki jumlah yang sama. Salah satu bola itu dipipihkan menjadi bentuk yang panjang, lalu berikan pertanyaan mana yang paling banyak tanah liatnya atau lilinnya. Anak yang berusia 7 atau 8 delapan tahun , kemungkinan besar akan menjawab bahwa jumlah lempung dalam  kedua bentuk itu sama.
(Santrock, 2010:53)
b.    Tes untuk mengetahui kemampuan klasifikasi 
Untuk mengetahui kemampuan klasifikasi, contohnya berikan tes pohon keluarga dari empat generasi, A mempunyai anak dua orang yaitu B dan C, B dan C mempunyai anak masing-masing dua orang (D-E, F-G, I-J), J mempunyai anak dua orang yaitu K-L. Untuk anak yang sudah berada pada tahap operasional konkret akan mampu menjawab bahwa J adalah cucu A dan sekaligus ayah dari K-L.
  


Gambar. 4.3. Kemampuan klasifikasi dengan tes pohon keluarga
Sumber : Santrock, 2010:54
c.     Identifikasi kemampuan logis
Anak diberikan tiga batang lidi yang berbeda panjangnya (A, B, C, ) Lidi A paling panjang, lidi B panjangnya menengah, dan lidi C paling pendek.  Peserta didik yang berada pada tahap perkembangan operasional konkret dapat memahami A>B, dan B>C, maka A>C (Santrock, 2010:54)
6. Implikasi terhadap Pembelajaran
Tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan kematangan intelektual atau mengoptimalkan prestasi belajarnya sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Berikut adalah yang bisa dilakukan guru.
a.    Identifikasi kemampuan intelektual peserta didik, sehingga memahami perbedaan individual peserta didik dalam kemampuan intelektual.
b.    Pahami tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Sangat mungkin ditemukan peserta didik kelas awal yang tingkat perkembangan kognitifnya masih berada pada tahap preoperasional.
c.     Ciptakan iklim pembelajaran yang kondusif atau sesuai bagi perkembangan kemampuan intelektual dan kognitif peserta didik secara optimal, yaitu iklim yang demokratis, hangat, ada rasa aman dan bebas dari ketegangan,  menyenangkan , serta yang mendorong untuk bersaing dengan dirinya sendiridan membantu peserta didik.
d.    Rancang pembelajaran yang sesuai dengan keragaman kecerdasan dan tingkat perkembangan berpikir peserta didik. Menurut Santrock (2010:61) strategi  pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir (teori Piaget) antara lain:
1)    gunakan pendekatan konstruktivisme, anak-anak akan belajar lebih baik, mereka aktif dan mencari solusi.
2)    rancang situasi yang membuat anak belajar melalui tindakan/ kegiatan.
3)    jadikan ruang kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan sehingga dapat membuat kesimpulan sendiri. 
4)    belajarkan anak dengan memperhatikan pengetahuan dan pemikiran anak.


e.    libatkan anak dalam tugas operasional yang meliputi penambahan, pengurangan, pembagian, pengurutan, pembalikan dengan menggunakan benda-benda konkret dan disesuaikan dengan pengalaman kehidupannya.
f.     buat aktivitas untuk berlatih konsep pengurutan hierarki, misal dengan mengurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar dan kebalikannya.
g.    ajak anak untuk kerja kelompok dan berdiskusi.
h.    untuk pembelajaran materi yang agak kompleks gunakan alat bantu visual dan alat peraga.
i.      terima peserta didik apa adanya (unconditional positive regardacceptance)dan berempati kepada peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual kurang memadai.
j.      rancang pembelajaran yang dapat memancing rasa ingin tahu anak atau bertanya.
k.    beri kesempatan kepada semua peserta didik untuk memperoleh pengalaman keberhasilan sebesar/setingkat apapun dalam pembelajaran untuk pembentukan konsep diri yang positif dan memiliki sikap positif  terhadap pelajaran. Peserta didik harus dibimbing dan dibantu agar menguasai kompetensi yang diharapkan dan berprestasi sesuai dengan potensinya.  
l.      saat pembelajaran, berikan pertanyaan kepada peserta didik yang sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Misalnya berikan pertanyaan yang mudah pada peserta didik yang kemampuannya kurang.
D.   Aktivitas Pembelajaran
1.    Kegiatan 1. Perkembangan Kemampuan Intelektual Peserta Didik
a.    Tujuan: melalui tugas membaca, diskusi, dan membuat peta pikiranpeserta diharapkan dapat memahami identifikasi kemampuan intelektual dan menggunakannya untuk memfasilitasi perkembangan kemampuan intekektual peserta didik. 
b.    Tugas: 
1)    Buatlah peta pikiran, bagan, atau bentuk lain agar mudah mempelajari ulang tentang: a) konsep intelegensi, b) ciri-ciri dan tahapan perkembangan intelektual, c) cara mengidentifikasi perkembangan kemampuan intelektual, d) cara menentukan pembelajaran yang memfasilitasi perkembangan kemampuan intelektual peserta didik 2) Bekerjalah dalam kelompok dan presentasikanlah hasilnya.

2.    Kegiatan 2. Kasus dan Alternatif Solusi 
a.    Tujuan: melalui tugas pemecahan kasus, dikusi kelompok, dan presentasi hasil kegiatan peserta dapat mengidentifikasi perkembangan kemampuan intelektual peserta didik dan menggunakanya untuk pembelajaran yang lebih baik. 
b.    Tugas
1)    Curah pendapat mengenai kasus pengembangan kemampuan intelektual peserta didik yang terjadi di kelas peserta diklat dan mengkaji kasus yang termasuk dalam lingkup perkembangan kemampuan intelektual peserta didik. 
2)    Pilih satu kasus, diskusikan dalam kelompok, usulkan alternatif langkahlangkah pemecahan masalah untuk itu dan presentasikan hasil kegiatan.
E.    Latihan/Kasus/Tugas
1.    Jelaskan ciri-ciri tahapan perkembangan operasional konkret?
2.    Kemampuan intelektual merupakan potensi yang diperoleh melalui keturunan, namun perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Semakin berkualitas lingkungan keluarga cenderung semakin tinggi juga IQ anak,  jelaskan !
3.    Kerjakanlah kasus di kelas yang diasuh Bu Khalila, identifikasi masalahnya, dan usulkan alternatif tindakan untuk membimbing anak tersebut. Bekerjalah dalam kelompok dan presentasikan hasilnya.








Pak Yusuf baru saja mengikuti diklat pengembangan kemampuan intelektual peserta didik dan baru menyadari banyak hal belum dilakukan untuk peserta didik asuhannya yang masuk kelompok pembelajar cepat dan kelompok ratarata. Selamaini lebih fokus memfasilitasi peserta didik yang tidak mencapai mencapai KKM sedangkan pembelajar cepat ini sering membantu guru dengan menjadi tutor sebaya. Selama ini dia berpikir itu sudah memadai untuk memfasilitasi pengembangan para pembelajar cepat padahal kebutuhannya untuk berkembang sebenarnya bisa lebih dari itu. Pada semester ini Pak Yusuf berencana akan membuat juga program bagi peserta didik dalam kelompok pembelajar cepat. 
4.    Identifikasi kemampuan intelektual untuk peserta didik di kelas Anda, identifikasi peserta didik yang mengalami kendala, dan rancang apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk membantu mereka!
F.    Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Lakukan uji diri seperti dijelaskan pada pembelajaran ke-1. Untuk meningkatkan keterampilan, sebaiknya Anda banyak berlatih dengan menggunakan kasus kelas yang diampu sebagai subjek latihan dan menyusun alternatif solusi untuk peserta didik yang teridentifikasi mengalami kendala. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebaiknya Anda mempelajari metodologi pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan intelektual termasuk strategi untuk memfasilitasi pembelajar cepat.
G.   Kunci Jawaban
1.    Menguasai berbagai konsep konservasi, yaitu kemampuan anak mengenali bahwa sifat benda tertentu (padat, isi, jumlah) tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan rupa benda itu. Memiliki konsep klasifikasi yaitu kecakapan untuk mengelompokan suatu objek berdasarkan ciri-ciri yang sama. Mampu untuk berpikir logis meskipun masih terikat dengan objekobjek yang bersifat kongkrit. 
2.    Lingkungan keluarga yang berkualitas adalah unsur yang menentukan perkembangan intelegensi, seperti jumlah buku, majalah, dan materi lainnya yang ada di lingkungan keluarga, jumlah penghargaan dan pengakuan yang diterima anak atas prestasi akademiknya, harapan orangtua akan prestasi akademik, akan memberikan pengalaman yang padat dan bervariasi pada awal pertumbuhan anak.
3.    Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan Pak Yusuf.
a.    Identifikasi fenomena dan masalah: peserta didik Pak Yusuf yang selama belum terkembangkan adalah pembelajar kelompok pembelajar cepat dan kelompok rata-rata. Selamainimenjadikan mereka sebagai tutor sebaya dianggap cukup. Pada semester ini akan membuat program untuk peserta didik dalam kelompok pembelajar cepat. 
b.    Saat perencanaan: lakukan seperti dijelaskan pada pembelajaran ke-1,
ditambah dengan mendalami konsep dan cara membantu pembelajar  cepat; 
c.     Saat pembelajaran: 1) melakukan pengamatan berbagai respon, proses, dan hasil peserta didik dalam melaksanakan berbagai tugas dalam hal kemampuan intelektual; 2) menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui karakteristik masing-masing peserta didik; 3) membangun pemahaman peserta didik bahwa semua orang itu pandai tapi di bidang yang berbeda, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan karenanya punya kesempatan yang sama untuk mampu menghasilkan atau menciptakan sesuatu 4) mendorong siswa untuk berani mencoba dan membangun pemahaman bahwa gagal adalah bagian dari belajar sehingga tidak ada alasan untuk takut salah; 5) menggunakan sistem bintang untuk semua pencapaian peserta didik pada banyak kegiatan/ tugas, untuk membangun kepercayaan diri bahwa semua orang juara/ pandai, 5) menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan kondusif untuk meningkatkan kemampuan intelektual, mis. pembelajaran berbasis inkuari dan proyek; 6) memberi tugas yang memacu meningkatkan kemampuan intelektual; 7) memberi tugas berdasarkan tema dengan tugas yang lebih sulit bagi pebelajar cepat; 8) saat kerja kelompok menyebar semua pebelajar cepat kepada semua kelompok untuk menjadi tutor sebaya; 9) memberi tantangan berupa tugas tambahan bagi yang ingin lebih jauh belajar untuk mendalami agar pebelajar cepat mendapat kesempatan mendapatkan pendalaman atau pengayaan; 10) jika memungkinkan pada akhir tahun memberi tugas proyek dengan pilihan topik sesuai minat, tugas bisa dilaksanakan individu atau kelompok diserahkan kepada peserta didik, pebelajar cepat bisa diarahkan untuk mengerjakan tugas yang lebih menantang dan dapat memfasilitasi pengembangan kemampuan intelektualnya.
d.    Di luar pembelajaran: 1) memberi kesempatan dan memberi bimbingan mengikuti berbagai lomba sesuai minat dan kemampuannya; 2) jika diperlukan dan memungkinkan memberi pendamping ahli agar lebih siap berlomba;  
e.    Bekerja sama dengan orangtua: 1) memfasilitasi orangtua cara mengembangkan kemampuan intelektual putera/i nya, 2) agar memperhatikan dan memfasilitasi perkembangan putera/i mereka; 3)  bertukar informasi terkait perkembangan kemampuan intelektual peserta didik.
f.     Bekerja sama dengan berbagai pihak: 1) menyelenggarakan berbagai lomba untuk mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik, baik tingkat sekolah maupun di tingkat yang lebih luas.
4.  Alternatif solusi tergantung kasus yang diangkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar