1.
Perkembangan Kemampuan Intelektual
Intelligensi atau kemampuan intelektual
merupakan kecakapan yang masih terkandung dalam diri seseorang yang diperoleh
melalui faktor keturunan, namun beberapa penelitian menunjukkan dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas lingkungan sangat
mempengaruhi kualitas perkembangan kemampuan intelektual anak. Hasil
penelitianWellman terhadap 50 kasus (Sunarto, 2002:107)
menunjukkan bahwa pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan inteligensi.
Menurut Wellman anak-anak yang memiliki pengalaman pendidikan prasekolah
sebelum memasuki SD, menunjukkan kemajuan yang lebih besar dalam rata-rata IQ
mereka daripada anak-anak yang tidak mengikuti prasekolah. Selain itu, variasi
dalam stimulus adalah bagian terpenting dari lingkungan dan belajar untuk
perkembangan inteligensi anak.
2.
Keragaman Peserta Didik dalam
Kemampuan Intelektual
Peserta didik memiliki keragaman individual dalam kemampuan intelektual atau intelgensi.
Tingkat intelegensi (Intelelligence Quotient atau IQ) merupakan satuan untuk
menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang, yang diperoleh melalui tes
inteligensi. Berikut adalah beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan
intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar.
Tabel. 4.1 Pengelompokan Anak berdasarkan
Penyebaran IQ
IQ
|
Klasifikasi
|
%
|
Keterangan
|
140 - …..
|
Genius
|
0.25
|
Berkemampuan
yang sangat luar biasa. Umumnya mampu
memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak
bersekolah. Ada di semua ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi, baik
laki-laki maupun perempuan. Contoh anak genius adalah Edison dan Einstein
(Yusuf, 2014:).
|
130– 139
|
Sangat cerdas
|
0.75
|
Anak-anak
yang sangat cerdas lebih cakap dalam membaca, memiliki pengetahuan bilangan
yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian
yang abstrak. Umumnya, faktor kesehatan, kekuatan, dan ketangkasan lebih
menonjol daripada anak normal.
|
120
– 129
|
Cerdas
|
6.0
|
Kelompok
ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik, seringkali mereka
berada di kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
|
110
– 119
|
Normal tinggi
|
13.0
|
Kelompok
ini merupakan kelompok individu yang normal, namun pada tingkat yang tinggi
|
90 -
109
|
Normal
|
60.0
|
Kelompok
ini merupakan kelompok rata-rata atau normal (average), dan merupakan
kelompok terbesar persentasenya dari populasi penduduk.
|
80 - 89
|
Normal rendah
|
13.0
|
Kelompok
ini termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang namun pada tingkat
terbawah, belajarnya agak lamban. Mereka dapat menyelesaikan sekolah tingkat
SLP , akan tetapi menghadapi kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
di SLA.
|
IQ
|
Klasifikasi
|
%
|
Keterangan
|
70 - 79
|
Bodoh
|
6.0
|
Kelompok
ini berada di perbatasan antara kelompok terbelakang dan kelompok normal.
Anak kelompok ini dapat bersekolah di SLP., meskipun mengalami banyak
kesulitan dan hambatan, Akan tetapi
sulit sekali menyelesaikan di kelas-kelas terakhir SLP
|
50 - 69
|
Debil/
Moron
|
0.75
|
Anak
debil sampai batas tertentu dapat
belajar membaca, menulis, dan melakukan perhitunganperhitungan yang sederhana
dapat diberikan pekerjaan rutin yang tidak memerlukan perencanaan dan
pemecahan. Anak debil banyak bersekolah di SLB.
|
30-
40
|
Imbesil
|
0.20
|
Kecerdasannya
sama dengan anak normal usia 7 tahun.. Anak imbesil tidak bisa dididik di sekolah biasa.
|
0
-
29
|
Idiot
|
0.05
|
Idiot
merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Jarang ditemukan
baik di sekolah umum maupun sekolah luar biasa
|
Sumber:
Yusuf. (2014:111-112)
3. Tahapan Perkembangan Berpikir
Kemampuan berpikir dikenal sebagai perkembangan
kognitif. Teori perkembangan kognitif dikemukakan oleh Jean Piaget, seorang
psikolog berkembangsaan Swiss. Melalui observasi yang cermat bertahun-tahun
Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif menjadi seperti berikut ini.
Tabel 4.2. Tahapan Piaget mengenai Perkembangan Intelektual
Tahapan
|
Karakteristik
|
Sensorimotor
(sejak kelahiran
s.d usia 2 thn)
|
Membedakan diri sendiri dengan setiap objek
.
Mengenal
diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan tertentu,
misalnya menarik seutas tali untuk
menggerakkan sebuah mobil atau menggoncangkan mainan supaya bersuara.
Menguasai keadaan tetap dari objek (object
permanence).
Menyadari
bahwa benda tetap ada meskipun tidak lagi terjangkau oleh indra.
|
Preoperasional
(2 – 7 tahun)
|
Terdiri atas sub tahap
fungsi simbolis (2-4thn) dan sub tahap pemikiran intuitif (4-7 thn).
Belajar
menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan imajinasi dan kata-kata.
Berpikir masih bersifat
egosentris mempunyai kesuli tan
menerima pandangan orang lain.
Mengklasifikasikan
objek menurut tanda, misalnya: mengelompokkan semua balok merah tanpa
memperhatikan bentuknya atau semua balok persegi tanpa memperhatikan
warnanya.
|
Operasional konkret
|
Mampu
berpikir logis mengenai objek dan kejadian meskipun masih terikat objek-objek
yang bersifat konkret
Menguasai
konservasi jumlah (usia 7 tahun), jumlah tak terbatas (usia 7 tahun), dan
berat (usia 9 tahun).
|
Tahapan
|
Karakteristik
|
(7 – 11 atau12
tahun)
|
Mengklasifikasikan objek menurut
beberapa tanda dan menyusunnya dalam
suatu seri berdasarkan satu dimensi,
seperti
ukuran.
|
Operasional formal
11,0 atau 12,0
–14,0 atau 15,0
Tahun)
|
Mampu berpikir logis
mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis.
Menaruh
perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis
|
Sumber:
Santrock, 2010:47-56)
4.
Karakteristik Perkembangan
Kognitif Peserta Didik Usia Sekolah: Sesuai dengan teori kognitif dari Piaget
(Santrock, 2010:48) bahwa peserta didik sekolah dasar pada umumnya berada pada
tahap perkembangan kognitif operasional konkret (7 – 11 tahun). Pada tahap ini
anak berpikir secara operasional dan penalaran logis menggantikan penalaran
intuitif, meskipun masih bersifat konkret, artinya aktivitas mental yang
difokuskan pada objekobjek dan peristiwa nyata. Pada masa ini anak sudah mampu
menggolonggolongkan, namun belum mampu memecahkan masalah yang bersifat abstrak.
Operasi adalah hubungan logis di antara konsep-konsep.
Operasi konkret merupakan aktivitas mental yang dapat diputar balikan berkaitan
dengan objek-objek nyata atau konkret, sehingga anak mampu mengkoordinasikan
beberapa karakteristik. Jadi tidak hanya fokus pada suatu kualitas dari objek.
Misalnya untuk menguji kemampuan konservasi, anak diberi dua bola dari tanah lempung dengan ukuran yang
sama, lalu salah satu bola tanah lempung itu dipipihkan menjadi bentuk panjang.
Anak usia 7 atau 8 tahun kemungkinan besar memahami jumlah lempung pada kedua
benda itu sama.
Pada masa akhir usia sekolah, peserta didik kelas
tinggi (10 – 12 tahun), menunjukkan kemampuan yang semakin baik dalam
menggunakan logikanya. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuannya dalam
membuat perhitungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya peserta didik sudah mampu menghitung jarak dari rumah ke sekolah,
atau menghitung berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ke sekolah bila berjalan kaki atau naik kendaraan umum.
Selain itu mereka sudah dapat diberikan pengertian untuk mengelola uang,
misalnya menghemat dan menabungkan sebagaian uang sakunya untuk keperluan
seperti membeli barang.
5.
Identifikasi Kemampuan Intelektual
dan Kognitif Peserta Didik Cara identifikasi kemampuan intelektual sudah
dibahas pada materi pembelajaran Identifikasi Potensi. Untuk mengetahui tahap
perkembangan kognitif operasional konkret menurut teori Piaget, guru dapat
melaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut ini.
a.
Tes untuk mengetahui kemampuan
konservasi
Contoh untuk mengetahui kemampuan konservasi (untuk
peserta didik kelas awal): berikan dua bola dari tanah liat atau lilin yang
memiliki jumlah yang sama. Salah satu bola itu dipipihkan menjadi bentuk yang
panjang, lalu berikan pertanyaan mana yang paling banyak tanah liatnya atau
lilinnya. Anak yang berusia 7 atau 8 delapan tahun , kemungkinan besar akan
menjawab bahwa jumlah lempung dalam
kedua bentuk itu sama.
(Santrock, 2010:53)
b.
Tes untuk mengetahui kemampuan
klasifikasi
Untuk mengetahui kemampuan klasifikasi, contohnya
berikan tes pohon keluarga dari empat generasi, A mempunyai anak dua orang
yaitu B dan C, B dan C mempunyai anak masing-masing dua orang (D-E, F-G, I-J),
J mempunyai anak dua orang yaitu K-L. Untuk anak yang sudah berada pada tahap
operasional konkret akan mampu menjawab bahwa J adalah cucu A dan sekaligus
ayah dari K-L.
|
|
Sumber
: Santrock, 2010:54
c.
Identifikasi kemampuan logis
Anak diberikan tiga batang lidi yang berbeda panjangnya
(A, B, C, ) Lidi A paling panjang, lidi B panjangnya menengah, dan lidi C
paling pendek. Peserta didik yang berada
pada tahap perkembangan operasional konkret dapat memahami A>B, dan B>C,
maka A>C (Santrock, 2010:54)
6. Implikasi terhadap Pembelajaran
Tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangan kematangan intelektual atau mengoptimalkan prestasi belajarnya
sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Berikut adalah yang bisa dilakukan guru.
a.
Identifikasi kemampuan intelektual
peserta didik, sehingga memahami perbedaan individual peserta didik dalam
kemampuan intelektual.
b.
Pahami tingkat perkembangan
kognitif peserta didik. Sangat mungkin ditemukan peserta didik kelas awal yang
tingkat perkembangan kognitifnya masih berada pada tahap preoperasional.
c.
Ciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif atau sesuai bagi perkembangan kemampuan intelektual dan kognitif
peserta didik secara optimal, yaitu iklim yang demokratis, hangat, ada rasa
aman dan bebas dari ketegangan,
menyenangkan , serta yang mendorong untuk bersaing dengan dirinya
sendiridan membantu peserta didik.
d.
Rancang pembelajaran yang sesuai
dengan keragaman kecerdasan dan tingkat perkembangan berpikir peserta didik.
Menurut Santrock (2010:61) strategi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir (teori Piaget)
antara lain:
1)
gunakan pendekatan
konstruktivisme, anak-anak akan belajar lebih baik, mereka aktif dan mencari
solusi.
2)
rancang situasi yang membuat anak
belajar melalui tindakan/ kegiatan.
3)
jadikan ruang kelas menjadi ruang
eksplorasi dan penemuan sehingga dapat membuat kesimpulan sendiri.
4)
belajarkan anak dengan
memperhatikan pengetahuan dan pemikiran anak.
e.
libatkan anak dalam tugas
operasional yang meliputi penambahan, pengurangan, pembagian, pengurutan,
pembalikan dengan menggunakan benda-benda konkret dan disesuaikan dengan
pengalaman kehidupannya.
f.
buat aktivitas untuk berlatih
konsep pengurutan hierarki, misal dengan mengurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar dan kebalikannya.
g.
ajak anak untuk kerja kelompok dan
berdiskusi.
h.
untuk pembelajaran materi yang
agak kompleks gunakan alat bantu visual dan alat peraga.
i.
terima peserta didik apa adanya
(unconditional positive regardacceptance)dan berempati kepada peserta didik
yang memiliki kemampuan intelektual kurang memadai.
j.
rancang pembelajaran yang dapat
memancing rasa ingin tahu anak atau bertanya.
k.
beri kesempatan kepada semua
peserta didik untuk memperoleh pengalaman keberhasilan sebesar/setingkat apapun
dalam pembelajaran untuk pembentukan konsep diri yang positif dan memiliki
sikap positif terhadap pelajaran.
Peserta didik harus dibimbing dan dibantu agar menguasai kompetensi yang
diharapkan dan berprestasi sesuai dengan potensinya.
l.
saat pembelajaran, berikan
pertanyaan kepada peserta didik yang sesuai dengan kemampuan intelektualnya.
Misalnya berikan pertanyaan yang mudah pada peserta didik yang kemampuannya
kurang.
D.
Aktivitas Pembelajaran
1.
Kegiatan 1. Perkembangan Kemampuan
Intelektual Peserta Didik
a.
Tujuan: melalui tugas membaca,
diskusi, dan membuat peta pikiranpeserta diharapkan dapat memahami identifikasi
kemampuan intelektual dan menggunakannya untuk memfasilitasi perkembangan
kemampuan intekektual peserta didik.
b.
Tugas:
1)
Buatlah peta pikiran, bagan, atau
bentuk lain agar mudah mempelajari ulang tentang: a) konsep intelegensi, b)
ciri-ciri dan tahapan perkembangan intelektual, c) cara mengidentifikasi
perkembangan kemampuan intelektual, d) cara menentukan pembelajaran yang
memfasilitasi perkembangan kemampuan intelektual peserta didik 2) Bekerjalah
dalam kelompok dan presentasikanlah hasilnya.
2.
Kegiatan 2. Kasus dan Alternatif
Solusi
a.
Tujuan: melalui tugas pemecahan
kasus, dikusi kelompok, dan presentasi hasil kegiatan peserta dapat
mengidentifikasi perkembangan kemampuan intelektual peserta didik dan
menggunakanya untuk pembelajaran yang lebih baik.
b.
Tugas
1)
Curah pendapat mengenai kasus
pengembangan kemampuan intelektual peserta didik yang terjadi di kelas peserta
diklat dan mengkaji kasus yang termasuk dalam lingkup perkembangan kemampuan
intelektual peserta didik.
2)
Pilih satu kasus, diskusikan dalam
kelompok, usulkan alternatif langkahlangkah pemecahan masalah untuk itu dan
presentasikan hasil kegiatan.
E.
Latihan/Kasus/Tugas
1.
Jelaskan ciri-ciri tahapan
perkembangan operasional konkret?
2.
Kemampuan intelektual merupakan
potensi yang diperoleh melalui keturunan, namun perkembangannya dipengaruhi
oleh lingkungan. Semakin berkualitas lingkungan keluarga cenderung semakin
tinggi juga IQ anak, jelaskan !
3.
Kerjakanlah kasus di kelas yang
diasuh Bu Khalila, identifikasi masalahnya, dan usulkan alternatif tindakan
untuk membimbing anak tersebut. Bekerjalah dalam kelompok dan presentasikan
hasilnya.
Pak Yusuf baru saja mengikuti diklat
pengembangan kemampuan intelektual peserta didik dan baru menyadari banyak hal
belum dilakukan untuk peserta didik asuhannya yang masuk kelompok pembelajar
cepat dan kelompok ratarata. Selamaini lebih fokus memfasilitasi peserta didik
yang tidak mencapai mencapai KKM sedangkan pembelajar cepat ini sering membantu
guru dengan menjadi tutor sebaya. Selama ini dia berpikir itu sudah memadai
untuk memfasilitasi pengembangan para pembelajar cepat padahal kebutuhannya
untuk berkembang sebenarnya bisa lebih dari itu. Pada semester ini Pak Yusuf
berencana akan membuat juga program bagi peserta didik dalam kelompok
pembelajar cepat.
4.
Identifikasi kemampuan intelektual
untuk peserta didik di kelas Anda, identifikasi peserta didik yang mengalami
kendala, dan rancang apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk membantu mereka!
F.
Umpan Balik dan Tindak
Lanjut
Lakukan uji diri seperti dijelaskan pada pembelajaran
ke-1. Untuk meningkatkan keterampilan, sebaiknya Anda banyak berlatih dengan
menggunakan kasus kelas yang diampu sebagai subjek latihan dan menyusun
alternatif solusi untuk peserta didik yang teridentifikasi mengalami kendala.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebaiknya Anda mempelajari metodologi
pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan intelektual termasuk strategi
untuk memfasilitasi pembelajar cepat.
G.
Kunci Jawaban
1.
Menguasai berbagai konsep
konservasi, yaitu kemampuan anak mengenali bahwa sifat benda tertentu (padat,
isi, jumlah) tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan rupa benda itu.
Memiliki konsep klasifikasi yaitu kecakapan untuk mengelompokan suatu objek
berdasarkan ciri-ciri yang sama. Mampu untuk berpikir logis meskipun masih
terikat dengan objekobjek yang bersifat kongkrit.
2.
Lingkungan keluarga yang
berkualitas adalah unsur yang menentukan perkembangan intelegensi, seperti
jumlah buku, majalah, dan materi lainnya yang ada di lingkungan keluarga,
jumlah penghargaan dan pengakuan yang diterima anak atas prestasi akademiknya,
harapan orangtua akan prestasi akademik, akan memberikan pengalaman yang padat
dan bervariasi pada awal pertumbuhan anak.
3.
Berikut adalah beberapa hal yang
dapat dilakukan Pak Yusuf.
a.
Identifikasi fenomena dan masalah:
peserta didik Pak Yusuf yang selama belum terkembangkan adalah pembelajar
kelompok pembelajar cepat dan kelompok rata-rata. Selamainimenjadikan mereka
sebagai tutor sebaya dianggap cukup. Pada semester ini akan membuat program
untuk peserta didik dalam kelompok pembelajar cepat.
b.
Saat perencanaan: lakukan seperti
dijelaskan pada pembelajaran ke-1,
ditambah dengan mendalami konsep dan cara membantu
pembelajar cepat;
c.
Saat pembelajaran: 1) melakukan
pengamatan berbagai respon, proses, dan hasil peserta didik dalam melaksanakan
berbagai tugas dalam hal kemampuan intelektual; 2) menganalisis data yang
diperoleh untuk mengetahui karakteristik masing-masing peserta didik; 3)
membangun pemahaman peserta didik bahwa semua orang itu pandai tapi di bidang
yang berbeda, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan karenanya punya
kesempatan yang sama untuk mampu menghasilkan atau menciptakan sesuatu 4)
mendorong siswa untuk berani mencoba dan membangun pemahaman bahwa gagal adalah
bagian dari belajar sehingga tidak ada alasan untuk takut salah; 5) menggunakan
sistem bintang untuk semua pencapaian peserta didik pada banyak kegiatan/
tugas, untuk membangun kepercayaan diri bahwa semua orang juara/ pandai, 5)
menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan kondusif untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, mis. pembelajaran berbasis inkuari dan proyek; 6)
memberi tugas yang memacu meningkatkan kemampuan intelektual; 7) memberi tugas
berdasarkan tema dengan tugas yang lebih sulit bagi pebelajar cepat; 8) saat
kerja kelompok menyebar semua pebelajar cepat kepada semua kelompok untuk
menjadi tutor sebaya; 9) memberi tantangan berupa tugas tambahan bagi yang
ingin lebih jauh belajar untuk mendalami agar pebelajar cepat mendapat
kesempatan mendapatkan pendalaman atau pengayaan; 10) jika memungkinkan pada
akhir tahun memberi tugas proyek dengan pilihan topik sesuai minat, tugas bisa
dilaksanakan individu atau kelompok diserahkan kepada peserta didik, pebelajar
cepat bisa diarahkan untuk mengerjakan tugas yang lebih menantang dan dapat
memfasilitasi pengembangan kemampuan intelektualnya.
d.
Di luar pembelajaran: 1) memberi
kesempatan dan memberi bimbingan mengikuti berbagai lomba sesuai minat dan
kemampuannya; 2) jika diperlukan dan memungkinkan memberi pendamping ahli agar
lebih siap berlomba;
e.
Bekerja sama dengan orangtua: 1)
memfasilitasi orangtua cara mengembangkan kemampuan intelektual putera/i nya,
2) agar memperhatikan dan memfasilitasi perkembangan putera/i mereka; 3) bertukar informasi terkait perkembangan
kemampuan intelektual peserta didik.
f.
Bekerja sama dengan berbagai
pihak: 1) menyelenggarakan berbagai lomba untuk mengembangkan kemampuan
intelektual peserta didik, baik tingkat sekolah maupun di tingkat yang lebih
luas.
4. Alternatif solusi tergantung kasus yang
diangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar