navigasi

Jumat, 21 Oktober 2016

Tata Bentukan dan Tata Istilah

1. Tata Bentukan dan Tata Istilah
 Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik yang disebut morfologi, yaitu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata dan cara pembentukannya.
Sedangkan tata istilah berhubungan dengan seluk beluk pembentukan istilah. Dalam bahasa Indonesia seluk beluk pembentukan istilah diatur melalui sebuah pedoman, yaitu Pedoman Pembentukan Istilah.
a. Tata Bentukan
1) Konsep-konsep Dasar dalam Morfologi 
a)         Morfem 
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna yang sudah tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil (Zaenal Arifin, 2008:2). Morfem ada dua macam, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata. Morfem bebas {di}, {lari}, {lihat}, {pandang}, dan {orang}, dapat berdiri sendiri sebagai kata. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Morfem terikat baru memiliki makna setelah bergabung dengan morfem yang lain yang biasanya berupa morfem bebas. Morfem  {ber-}, {di-}, atau {me-}, sebagai morfem terikat,baru bermakna apabila muncul bersama morfem lainnya, seperti pada kata berlari, dilihat, memandang. 

b)        Alomorf 
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama (Hasan Alwi, 2003: 29). Alomorf adalah variasi bentuk atau variasi bunyi dari sebuah morfem. Variasi bentuk atau variasi bunyi itu terjadikarenadipengaruhioleh bunyi-bunyi yang berada di lingkungan yang dimasukinya (Gorys Keraf, 1991: 43). Morfem {ber-}, misalnya, dalam realisasi pemakaiannya pada lingkungan tertentu bisa memiliki variasi bentukatau variasi bunyi /ber-/, /be-/, dan /bel-/. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa variasi bunyi /ber-/, /be-/, dan /bel-/ yang dimiliki oleh morfem {ber} tersebut hanya merupakan alomorf atau variasi bunyi.
2)  Bentuk, Fungsi, dan Makna
Kata-kata dalam bahasa Indonesia terdiri dari kata monomorfemis dan kata polimorfemis. Kata monomorfemis adalah kata yang hanya terdiri dari satu morfem dan kata polimorfemis ialah kata yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Kata polimorfemis biasanya disebut kata jadian. Kata jadian dapat dibentuk dari dua macam bentuk dasar, yakni bentuk dasar bebas ataubentuk dasar terikat, melalui proses morfologis tertentu, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), komponisasi (pemajemukan), dan abreviasi (penyingkatan). Proses morfologis itu memiliki menghasilkan bentuk tertentu, memiliki fungsi tertentu, dan membangun makna tertentu.

Pengimbuhan atau afiksasi adalah proses penambahan imbuhan (afiks) pada bentuk dasar tertentu. Afiks dalam bahasa Indonesia terdiri dari awalan atau prefiks (misalnyaber-, se-, me-, di-, ke-, pe-, ter-), sisipan atau infiks (misalnya em-, -el-, -er-), akhiran atau sufiks (misalnya -i, -kan, -an, -nya), imbuhan terbagiatau konfiks (misalnya pe-an, per-an, ke-an), dan gabungan afiks (misalnyame-i, me-kan, memper-, memper-i). 

Di bawah ini dijelaskan awalan ber-, dan me- untuk bentuk, fungsi, dan maknanya.
a) Prefiks atau Awalan ber-
(1) Bentuk 
Dalam proses pembentukan kata, awalanber- dirangkaikan atau dilekatkan padabagian depan sebuah bentuk dasar atau kata dasar tertentu. Dalam proses itu, awalanber- bisa tidak mengalami perubahan bentuk dan bisa mengalami perubahan bentuk menjadi be- atau bel-. Apabila kata atau bentuk dasar itu diawali oleh fonem /l/, /s/, /d/, /k/, /t/, awalan ber- tidak mengalami perubahan bentuk. Apabila kata atau bentuk dasar itu berawal fonem /r/ atau suku kata pertamanya mengandung /er/,awalan ber- berubah bentuk menjadi be- dan apabila awalan ber- itu dilekatkan pada bentuk dasar ajar, akan mengalami perubahan bentuk menjadi bel-.  Perhatikan beberapa contoh berikut ini. 
ber + kuda          > berkuda           ber + raja             > beraja
ber + kerja            > bekerja             ber + ternak       >
beternak
ber + lari > berlari               ber + ajar             > belajar


(2)      Fungsi  
Awalan ber- berfungsi sebagai pembentuk verba atau kata kerja. Oleh karena itu, awalan ber-sering disebut prefiks verbal. Misalnya, kata kudayang berkelas nomina (kata benda) jika diberi awalan ber- menjadi berkudadan berkelas verba (kata kerja), kata ternakyang berkelas nomina (kata benda) jika diberi awalan ber- menjadi berternakdan berkelas verba (kata kerja). Pada umumnya, kalimat yang predikatnya berupa kata kerja berawalan ber- tidak membutuhkan objek, tetapi bisamendapatkan pelengkap atau keterangan.
(3)      Makna 
Dalam pemakaiannya, kata kerja berawalan ber-bisa memiliki makna seperti berikut. 
(a)      memiliki atau mempunyai, seperti beranak (memiliki anak);
(b)     menghasilkan atau mengeluarkan, seperti berapi (mengeluarkan api);
(c)      biasa melakukan, bertindak sebagai, bekerja sebagai, seperti bertani(melakukan pekerjaan tani);
(d)     melakukan  pekerjaan  untuk  diri  sendiri (resiprokal), seperti berjemur (menjemur dirinya);
(e)     mendapat, dapat di-…, atau dikenai, seperti bersambut (mendapat sambutan);
(f)       memakai atau mengenakan, menggunakan, mengendarai atau naik, seperti berkereta (naik kereta);
(g)      menjadi kelompok, seperti bersatu (menjadi satu).



b) Prefiks atau Awalan me-
(1)             Bentuk 
Dalam proses pembentukan kata, awalan me- bisa mengalami perubahan bentuk menjadi men-,  mem-, meny-, meng-, menge-. Perubahan bentuk itu, terutama, disebabkan oleh terjadinya proses nasalisasi, yaitu munculnya bunyi nasal (sengau). Namun, apabila awalan me- dilekatkan pada bentuk dasar yang berawal fonem /r/ dan /l/, misalnya, proses nasalisasi itu tidak terjadi. Perhatikan beberapa contoh berikut ini.

me- +  roket > meroket me-+  daki > mendaki me-+  bawa > membawa
me-+  sapu > menyapu me-+  ganggu               > mengganggu
me-+  bom    >  mengebom

(2) Fungsi 
Awalan  me- berfungsi membentuk verba (kata kerja). Misalnya, kata dasar sapudan bom (nomina) jika diberi awalan me-  menjadi menyapudan mengebom (verba), kata dasar jauh (adjektiva atau kata sifat) dan kata dasar satu (numeralia atau kata bilangan) jika diberi awalan me- menjadi menjauh (verba) dan menyatu (verba). 
(3)Makna 
Menurut pemakaiannya, awalan me-kemungkinan memiliki makna sebagai berikut.
(a)       ‘melakukan’: membaca, menulis, mengantuk 
(b)       ‘menggunakan alat’:  menggergaji, mengail 
(c)        ‘membuat’: menggambar, merenda 
(d)       ‘menggunakan bahan’: mengapur, mengecat 
‘memakan’, ‘meminum’, ‘mengisap’: merokok, menyirih 
(e)       ‘menuju’: mengudara, melaut 
(f)        ‘menjadi’: memutih, memanas 
b.  Tata Istilah 
Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya (Pusat Bahasa, Depdiknas, 2007: 9).
1) Ketentuan Umum
a)         Istilah Umum dan Istilah Khusus
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya: anggaran belanja,  penilaian, dan daya .
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Misalnya: apendektomi,  kurtosis, dan bipatride 
b)        Persyaratan Istilah yang Baik
Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut.
(1)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu.
(2)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.
(3)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
(4)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
(5)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya sesuai kaidah bahasa  Indonesia.

c)         Nama dan Tata Nama
Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal benda, orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata nama (nomenklatur) adalah perangkat peraturan penamaan dalam


bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan biologi, beserta kumpulan nama yang dihasilkannya. Misalnya: aldehida,  primat, natrium 
2. Kelas Kata
a. Nomina (Kata Benda)
Nomina atau kata benda dari segi semantis adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Hasan Alwi, 2003: 2013). Dengan demikian, kata benda adalah semua kata yang merupakan nama diri, benda, atau segala sesuatu yang dibendakan. Kata benda bisa dikelompokkan atas kata abstrak dan katakonkret. 
Kata benda abstrak yaitu kata-kata yang menunjukkan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau diraba. Kata-kata benda abstrak ini ada yang berbentuk kata dasar, contoh: ide, ilham, tabiat, rasa. Selain itu, kata-kata abstrak ada juga yang berbentuk kata berimbuhan, kata jenis ini terbentuk dari jenis kata yang lain. 
Contoh: 
Kekuatan              
= ke-an + kuat
pemandangan 
= pe-an + pandang

Kata benda konkret yaitu kata benda yang dapat ditangkap oleh pancaindra, seperti meja, buku, sepeda. 

Ciri-ciri kata benda 
a. Pada kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda menduduki fungsi sebagai subyek, obyek, atau pelengkap. 
Contoh: 
Ibumembelikanadikbaju baru
S P                OPel
b)         Tidak dapat didahului oleh kata ingkar “tidak”. 
Contoh:
Tidak ibu yang membelikan baju. 
c)          Dapat diikuti kata sifat dengan menggunakan “yang”  Contoh:
Kakak yang baik hati. 
Ibu yang baik hati 

b.         Verba (Kata Kerja) 
Verba atau kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, pekerjaan,  atau keadaan, misalnya makan, lari, duduk.
Ciri verba dapat diketahui lewat perilaku semantik, sintaksis, dan bentuk morfologisnya. Pada umumnya, verba memiliki ciri berikut. 
1)    Verba berfungsi sebagai predikat atau inti predikat suatu kalimat. Verba juga dapat berfungsi yang lain di luar fungsi predikat. 
2)    Secara inheren, verba mengandung makna ‘perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas’. 
3)    Verba  yang  bermakna  ‘keadaan’ tidak  dapat  diberi  prefiks  ter-  untuk menyatakan makna ‘paling’. Jadi, tidak ada kata *terhidup, *termati, dan *terpingsan. 
4)    Secara umum, verba tidak dapat bergabung dengan kata petunjuk kesangatan (Zaenal Arifin, 2008: 85). 

Bentuk kata kerja terdiri atas: 
1)     Kata kerja dasar,yaitu kata kerja yang berbentuk kata dasar. 
Contoh: pergi, makan, dorong. 
2)     Kata kerja berimbuhan,yaitu kata kerja yang terbentuk dari jenis kata lain melalui proses pengimbuhan. 
Contoh: mencangkul      = me      + cangkul (kata benda)                  mengeras                            = me      + keras ( kata sifat)

Berdasarkan jenisnya kata kerja terdiri atas: 
1)     Kata  kerja  transitif,  yaitu  kata  kerja  aktif  yang  dalam  penggunaanya memerlukan objek.
Contoh : Andi mengendaraimobil dengan hati-hati. 
                            S            P=kt kerja                       O
2)     Kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang dalam penggunaannya tidakmemerlukan objek. 
Contoh : Ayah tidurdi ruang tamu
                           S         P             ket. T
                        Adik bernyanyigembira
                         S             P             Pel

c.          Adjektiva (Kata Sifat)
Adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat dan keadaan suatu benda atau yang dibendakan, misalnya manis, besar, jauh, gelap, murah.
Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Hasan Alwi, 2003: 171). Adjektiva dapat berfungsi predikatif ataupun adverbial. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan. Adjektiva dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkan (Zaenal Arifin, 2008: 98-99). 
d.         Kata Tugas 
Kata tugas yaitu kata-kata yang bertugas memperluas kalimat inti menjadi kalimat luas dan sekaligus berfungsi menandai antara kata-kata penuh dalam sebuah kalimat (Gorys keraf, 1991: 107). Kata tugas dapat dibagi atas preposisi (kata depan), adverbia(kata keterangan), dan konjungsi(kata penghubung). 

e.         Preposisi (Kata Depan) 
Disebut juga kata perangkai, berfungsi sebagai perangkai kelompok kata  dalam kalimat. Pada umumnya kata benda merangkaikan kata benda dengan kata lain, misalnyadi, ke, dari, bagi, untuk, daripada, kepada.
Preposisi memiliki beberapa fungsi berikut ini.
1)     menyatakan tempat, yaitu dari, antara, di
2)     menyatakan waktu, yaitu pada
3)     menyatakan alat yaitu dengan
4)     mengantarkan obyek tak langsung, yaitu bagi, akan, buat, tentang, dan kepada

f.           Adverbia (Kata Keterangan) 
Adverbia atau kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat dan tidak bersifat menerangkan keadaan, misalnya barangkali, memang, mungkin, sekali, sedang, belum, masih, cukup, hanya, cuma, separuh. 
g.          Konjungsi (Kata Penghubung) 
Konjungsi   atau       kata       penghubung      yaitu      kata       yang      digunakan           untuk menghubungkan kata dengan kata, kata dengan frasa, frasa dengan frasa, klausa dengan kalimat, kata dengan kalimat, dan sebagainya, misalnya dan, karena, ketika, serta, bahwa, tetapi, jika, setelah, kecuali.
3. Tata Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat biasanya terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung makna.

Unsur-unsur pembentuk kalimat: Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K), dan Pelengkap (Pel). Contoh:
Kamimengendaraisepedake sekolah
    S            P                     O           K
a. Jenis-jenis kalimat.
1)         Kalimat aktif
2)         Kalimat pasif
3)         Kalimat tunggal
4)         Kalimat majemuk
(a)            Kalimat majemuk setara
(b)            Kalimat majemuk bertingkat
(c)             Kalimat majemuk campuran
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan tindakan dan predikatnya menunjukkan perbuatan.
Kalimat aktif terdiri atas dua, yaitu:
1)      Kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang membutuhkan predikat.
Contoh: Santimembakarsampah.
S                  P                O
2)      Kalimat aktif intransitif, yaitu kalimat aktif yang tidak membutuhkan objek.
Contoh: Adikmenangis.
S                  P
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan. Kata kerja kalimat pasif menggunakan imbuhan di, ter, atau ke-an.

Contoh:
Air itudiminumAyah.
S              P              O
Alitertabraksepeda.
 S       P          O
Pelari itukehausan.
    S               P
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas atas satu subjek, satu predikat, dan satu objek atau keterangan.
Contoh:
Udinmandi.
   S       P
Benimakanroti.
   S        P         O
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. 
Contoh:
Udin membersihkan kaca, Siti menyapu lantai.
Ruangan kelas sudah bersih tetapi halaman sekolah masih kotor.
Kalimat majemuk terdiri atas:

Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat luas yang antarpola kalimatnya memiliki kedudukan yang sama. Kalimat ini merupakan penggabungan kalimat tunggal dengan menggunakan kata penghubung dan, lagi, atau, tetapi, melainkan, sedangkan, bahkan, malahan.
Contoh:
1)      Ibupergike kantor pos dan Watimenjagaadik.
S         P           K                            S        P         O
2)      Susimenontontelevisi sedangkan Adimembacabuku.
S         P             O                            S        P           O 
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang salah satu unsurnya diperluas sehingga membentuk pola baru. Ciri-ciri kalimat ini adalah memiliki induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
Udin tertidur ketika belajar Matematika.

Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah penggabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Nani sudah berangkat pagi-pagi ke sekolah tetapi ban sepedanya kempes sehingga ia terlambat masuk kelas.
4.             Wacana
Wacana diartikan sebagai ucapan lisan dan dapat juga berupa tulisan, tetapi persyaratannya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata (Tarigan dalam Djajasudarma, 1994:5).




Kohesi dan Koherensi dalam Wacana
a.          Kohesi
Kohesi merupakan hubungan keterkaitan antarposisi yang dinyatakan secara ekplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Hasan Alwi, 2003:427). Jika dalam sebuah wacana terdapat keserasian hubungan antarunsur-unsur yang ada dalam wacana maka wacana tersebut merupakan wacana yang kohesif.
Contoh:
Seminggu lamanya Udin dan Siti berlibur di rumah pamannya. Udin dan Siti memperoleh banyak informasi baru mengenai tanaman jagung untuk melengkapi tugasnya membuat laporan. Informasi itu antara lain adalah bahwa jagung merupakan salah satu tanaman yang dijadikan bahan makanan pokok di berbagai tempat, juga di Indonesia. Contohnya, penduduk Pulau Madura menjadikan jagung sebagai makanan pokoknya. Jagung merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Selain itu, dia juga mencari gambar-gambar tentang perkembangbiakan tanaman jagung untuk melengkapi laporannya.

Wacana di atas termasuk wacana yang tidak kohesif. Penggunaan kata ganti dia pada kalimat tersebut tidak jelas mengacu kepada Udin atau Siti. Wacana tersebut menjadi kohesif jika kata ganti dia diganti dengan mereka.

b.         Koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahani pesan yang dikandungnya. Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga wacana tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.

Contoh:
Pak Gani memilih bertanam singkong di ladangnya. Ladang Pak Gani cukup luas. Pak Gani bertanam singkong, karena menurutnya nilai jual tanaman singkong cukup tinggi. Daun singkong dapat dijual untuk dimasak sebagai sayur. Di samping itu, umbinya merupakan salah satu bahan makanan penghasil karbohidrat.

Wacana di atas adalah wacana yang koheren karena terdapat kesatuan makna kalimat-kalimat yang ada di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar